MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS

MAKALAH
 ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kulia Teknologi Keperawatan”


Disusun oleh :
Frederikus Wenehenubun
1510711064

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
FAKULTAS KESEHATAN
S1 KEPERAWATAN
2016/2017


KATA PENGANTAR
       Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya makalah ini dengan judul “Asuhan keperawatan meningitis”. Ada pun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi syarat kelulusan mata kulia teknologi keperawatan. Dalam penyusunan Makala ini masi terdapat banyak kekurangan, berkat bantuan dan dorongan dari teman-teman dan juga arahan dari dosen mata kulia teknologi keperawatan, makalah ini dapat terselesaikan. Maka dari pada itu saya ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam penyusunan makalah ini.
       Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan jangan lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa diperbaiki.

Jakarta, 27 Mei 2017


Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMA JUDUL ___________________________________________________________i
KATA PENGANTAR_________________________________________________________ii
DAFTAR ISI_______________________________________________________________ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang_____________________________________________________1
1.2 Rumusan Masalah__________________________________________________ 1
1.3 Tujuan____________________________________________________________1
1.4 Manfaat___________________________________________________________1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Meningitis__________________________________________________2
2.2 Etiologi___________________________________________________________2
2.3 Manifestasi Klinis___________________________________________________3
2.4 Klasifikasi_________________________________________________________4
2.5 Pemeriksaan Penunjang______________________________________________ 5
2.6 Komplikasi________________________________________________________ 6
2.7 Penatalaksanaan Medis_______________________________________________7
BAB III ASUHAN KEPARAWATAN MENINGITIS
3.1 Pengkajian Meningitis________________________________________________9
3.2 Analisa Data_______________________________________________________10
3.3 Diagnosa Keperawatan_______________________________________________13
3.4 Intervensi__________________________________________________________14
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ________________________________________________________19
DAFTAR PUSTAKA__________________________________________________________20


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
       Meningitis adalah radang membrane pelindung system saraf pusat.Penyakit dapat disebabkan oleh mikroorganisme, luka fisik, kanker, obat-obatan tertentu. meningitis adalah penyakit yang sangat serius karena berada dekat dengan otak dan tulang belakang, sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali gerak, pikiran bahkan kematian.
1.2 Rumusan Masalah
·                          Bagaimana proses pengkajian pada pasien dengan gangguan meningitis ?
·         Apakah diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan meningitis ?
·         Bagaimana perencanaan pada pasien dengan ganggun meningitis ?
1.3 Tujuan
·                       Mengetahui proses pengkajian pada pasien dengan gangguan meningitis
·         Mengetahui diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan meningitis
·         Mengimplentasi perencanaan pada pasien dengan gangguan meningitis
1.4 Manfaat
·         Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan meningitis yang meliputi pengkajian diagnose keperawatan, dan perencanaan. 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Meningitis
       Merupakan inflamasi yang terjadi pada lapisan arachnoid dan piamatter di otak serta spinal cord. inflamasi ini sering disebabkan oleh bakteri dan virus. (Donna D.,1999).
       Meningitis adalah radang pada meningen (membrane yang mengelilingi otak dan medulla spinalis) yang disebabkan oleh virus , bakteri atau jamur. (Smeltzer,2001).
2.2 Etiologi
1)      Bakterial :
a.       Pada bayi prematur dan anak baru lahir-3bln
·         Streptococcus grup B (subtipe III yang biasanya hidup di vagina)
·         Escherichia Coli (hidup dalam saluran pencernaan)
·         Listeria monocytogenes (mengenai bayi baru lahir dan  menimbulkan epidemi)
b.      . Pada anak yang lebih besar
·         Neisseria meningitidis
·         Streptococcus pneumoniae
c.       Pada orang dewasa
·         Neisseria meningitidis
·         Streptococcus pneumoniae
·         Listeria monocygenes
2)      Virus :
·         Enterovirus
·         Virus herpes simpleks tipe 2
·         Virus varicella zoster
·         Paromisovirus
·         HIV
3)      Jamur :
·         Meningitis jamur yg paling sering adalah meningitis Cryptococcal akibat Cryptoccus Neoformaris. Jenis jamur lain yg sering dijumpai adalah spesies Hitoplasma Capsulatum, Coccidioides Immitis, Blastromyces Dermatitidis dan Candida.
4)      Parasit :
·         Angiostrongylus Cantonensis
·         Gnathostoma Spinigerum
·         Schistosoma
5)      Non Infeksi :
·         Meningitis jenis ini disebabkan oleh beberapa faktor : kanker, penyakit lupus, beberapa obat, cedera kepala, pembedahan otak.
2.3 Manifestasi Klinis
Ada 3 gejala umum yaitu :
1)      Gejala infeksi akut :
  • ·         Demam
  • ·         Lesu
  • ·         Anoreksia.

2)      Gejala kenaikan tekanan intracranial :
  • ·         Nyeri kapala
  • ·         Muntah
  • ·         Kesadaran menurun dari apatis sampai koma
  • ·         Kejang
  • ·         Fotofobia

3)      Gejala rangsangan meningen positif :
  • ·         Kaku kuduk
  • ·         Kernig
  • ·         Lasegue
  • ·         Brudzinsky I
  • ·         Brudzinsky II

2.4 Klasifikasi
1)      Asepsis
       Meningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitis virus atau menyebabkan iritasi meningen yang disebabkan oleh abses otak, ensefalitis, limfoma, leukimia, atau darah di ruang subarakhnoid.
Spesifikasi :
  • Disebabkan oleh virus seperti campak, mumps, herpes simpleks, dan herpes zooster.
  • Tidak terbentuk eksudat dan pada pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS) tidak ditemukan adanya organisme.
  • Inflamasi terjadi pada korteks serebri, white matter, dan lapisan menigens.
2)      Sepsis
       Meningitis bakterial merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyerang susunan saraf pusat, mempunyai resiko tinggi dalam menimbulkan kematian, dan kecacatan. Diagnosis yang cepat dan tepat merupakan tujuan dari penanganan meningitis bakteri (Pradana, 2009).
Meningitis sepsis menunjukkan meningitis yang disebabkan oleh organisme bakteri seperti meningokokus, stafilokokus atau basilus influenza.
3)      Tuberculosa
       Etiologi dari meningitis tuberkulosa adalah Mycobacterium tuberculosis (Pradana, 2009)
Untuk meningitis tuberkulosa sendiri masih banyak ditemukan di Indonesia karena morbiditas tuberkulosis masih tinggi. Meningitis tuberkulosa bukanlah karena terinfeksinya selaput otak langsung oleh penyebaran hematogen, melainkan biasanya sekunder melalui pembentukan tuberkel pada permukaan otak, sumsung tulang belakang atau vertebra yang kemudian pecah kedalam rongga arakhnoid (Pradana, 2009).
2.5 Pemeriksaan Penunjang
1)      Lumbal Pungsi
            Lumbal pungsi adalah upaya pengeluaran cairan serebrospinal dengan memasukan jarum ke dalam ruang subarakhnoid diantara tulang belakang daerah lumbal ketiga dan keempat atau antara lumbal keempat dan kelima hingga mencapai ruang subarachnoid dibawah medulla spoinalis di bagian causa. Test ini dilakukan untuk pemeriksaan cairan serebrospinalis. Pemeriksaan cairanserebrospinal sangat membantu dalam mendiagnosa penyakit-penyakit neurologi.Selain itu juga untuk evaluasi pengobatan dan perjalanan penyakit
Hasil pemeriksaan lumbal pungsi :
  •  Jumlah leukosit meningkat
  • Kadar glukosa darah menurun
  • Protein meningkat
  • Tekanan cairan meningkat
  • Asam laktat meningkat
  • Glukosa serum meningkat
2)       EEG (Electroencephalography)
  • Mengidentifikasi penyakit didasarkan pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
3)      CT Scan
  • Untuk melihat adanya kontusio, hematoma, hidrosefalus, edema otak.
4)      MRI (Magnetic Resonance Imaging)
  • Menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragik, dan malformasi arteriovena. salah satu bentuk pemeriksaan radiologi yang menggunakan prinsip magnetisasi. MRI menciptakan gambar yang dapat menunjukkan perbedaan sangat jelas dan lebih sensitive untuk menilai anatomi jaringan lunak dalam tubuh, terutama otak
5)      Angiografi serebral
  • Membantu menentukan perdarahan, obstruksi arteri atau adanya Titik oklusi/ ruptur. sebuah teknik sinar-x di mana zatwarna disuntikkan ke dalam arteri yang mengarah ke otak
2.6 Komplikasi
         Gangren: kondisi serius yang muncul ketika banyak jaringan tubuh mengalami nekrosis/mati terjadi setelah seseorang mengalami luka, infeksi/masalah kesehatan kronis yang memengaruhi sirkulasi darah.
Pada anak-anak yang menderita meningitis meningokokus yang parah,  ruam petechial (bintik-bintik merah akibat pendarahan didalam kulit) memburuk menjadi gangren sehingga kadang anggota badan harus diamputasi.
  • Sepsis: Infeksi meningitis dapat memicu sepsis, suatu sindrom respons radang sistemik dimana terjadi penurunan tekanan darah, denyut jantung cepat, suhu tubuh abnormal yang tinggi/rendah, dan peningkatan laju napas.
  • Resiko pendarahan: Aktivasi berlebihan dari penggumpalan darah, dapar mengobstruksi aliran darah ke organ dan secara langsung meningkatkan resiko pendarahan.
  • Hidrosefalus: Dengan jaringan otak membengkak, tekanan di dalam tengkorak akan meningkat dan otak yang membengkak dapat mengalami herniasi melalui dasar tengkorak. Hal ini terlihat dari menurunnya kesadaran, hilangnya refleks pupil terhadap cahaya, dan postur tubuh abnormal. Terjadinya ini pada jaringan otak juga dapat menyumbat aliran normal CSS di otak dan menyebabkan hidrosefalus.
  • Kejang: Merupakan tahap awal meningitis, disebabkan oleh peningkatan tekanan dan luasan daerah radang di otak.
  • Abnormalitas pada saraf kranial: Adanya gangguan pada kelompok saraf yang berasal dari batang otak yang mensuplai kepala dan leher dan mengontrol dari berbagai fungsi diantaranya gerakan mata, otot wajah, dan fungsi pendengaran sehingga pada anak yang mengalami meningitis dapat terjadi kebutaan, tuli, kelemahan, hilangnya sensasi/gerakan dan fungsi berbagai bagian tubuh terutama pada bagian wajah
  • Infark serebri: Berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak
2.7 Penatalaksanaan Medis
1)      Penanganan farmakologi
  • Meningitis bakterial, umur <2 :="" bulan="" o:p="">
Cephalosporin Generasi ke 3, atau Kombinasi Ampicilin 150-200 mg (400 mg)/KgBB/hari IV dibagi dalam 4-6 kali dosis sehari danChloramphenicol 50 mg/KgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis
·         Meningitis bakterial, umur >2 bulan:
Kombinasi Ampicilin 150-200 mg (400 mg)/KgBB/hari IV dibagi dalam 4-6 kali dosis sehari danChloramphenicol 50 mg/KgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis, atau
Sefalosporin Generasi ke 3
Dexamethasone dosis awal 0,5 mg/KgBB IV dilanjutkan dengan dosis rumatan 0,5 mg/KgBB IV dibagi dalam 3 dosis, selama 3 hari. Diberikan 30 menit sebelum pemberian antibiotika
·         Antimikroba Agen Agen ini digunakan untuk mengobati atau mencegah infeksi yang disebabkan oleh patogen paling mungkin dicurigai atau diidentifikasi seperti Ceftriaxone (Rocephin), Sefotaksim (Claforan)
·         AntivirusAgen
Agen ini mengganggu replikasi virus, mereka melemahkan atau meniadakan aktivitas virus. Seperti  Acyclovir (Zovirax), Gansiklovir (Cytovene)
·         Antijamur Agen ini digunakan dalam pengelolaan penyakit menular yang disebabkan oleh jamur. Nama obat : Flukonazol (Diflucan), Flusitosin (Ancobon)
·         Antitubercular Agen untuk Meningitis tuberkulosa Agen ini digunakan dalam pengelolaan penyakit mikobakteri dalam kombinasi dengan agen antitubercular lainnya. Nama obat : Isoniazid , Rifampicin
·         Kortikosteroid
Penggunaan steroid telah terbukti meningkatkan hasil keseluruhan dari pasien dengan beberapa jenis meningitis bakteri, seperti H influenzae, tuberkulosis, dan meningitis pneumokokus. Jika steroid diberikan, mereka harus diberikan sebelum atau selama pemberian terapi antimikroba. Nama obat : Deksametason
·         DiuretikAgen
Agen ini digunakan untuk mengurangi tekanan intrakranial dan mengobati edema otak. Nama Obat : manitol
·         Menghentikan kejang:
Diazepam 0,2-0,5 mg/KgBB/dosis IV atau 0,4-0,6 mg/KgBB/dosis REKTAL SUPPOSITORIA, kemudian dilanjutkan dengan:
Phenytoin 5 mg/KgBB/hari IV/PO dibagi dalam 3 dosis atau
Phenobarbital 5-7 mg/Kg/hari IM/PO dibagi dalam 3 dosis
·         Antipiretika: Paracetamol 10 mg/KgBB/dosis PO atau Ibuprofen 5-10 mg/KgBB/dosis PO diberikan 3-4 kali sehari
2)      Penanganan non-farmakologi
  • ·         Konsumsi cairan sebanyak mungkin
  • ·         Istirahat secara total
  • ·         Diet makanan
  • ·         Mandi air hangat

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS
3.1 Pengkajian Meningitis
  • ·         Identitas :

Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor registrasi, tanggal pengkajian dan diagnose medis.
  • ·         Keluhan utama :

Panas badan meningkat, kejang dan kesadara menurun.
  • ·         Riwayat penyakit sekarangm :

Anak rewel, gelisah, muntah-muntah, panas badan meningkat.
  • ·         Riwayat penyakit dahulu :

klien sebelumnya menderita batuk, pilek, herpes
  • ·         Riwayat kesehatan keluarga :

Keluarga pernah menderita penyakit yang disebabkan oleh virus contoh; Herpes dan lain-lain.
  • ·         Imunisasi :
kapan terakhirkali diberi imunisasi.
  • ·         pemeriksaan fisik (ROS)

-          B1 (Breating)
Perubahan pernapasan karena peningkatan tekanan intracranial
-          B2 (Blood)
Adanya kompresi pada pusat vasokonstriktor menyebabkan terjadinya iskemik pada daerah tersebut, hal ini yang menyebabkan terangsangnya vasomotor sehingga tekanan darah meningkat
-          B3 (Brain)
Kesadaran menurun disebabkan oleh gangguan metabolism dan difusi serebral  yang berkaitan dengan kegagalan neural akibat proses peradangan otak.
-          B4 (Blader)
Biasanya pada pasien ensefalitis kebiasaan mitce normal frekuensi normal.
-          B5 (Bowel)
Penderita akan merasa mual dan muntah karena peningkatan tekanan intracranial yang menstimulus hipotalamus anterior dan nervus vagus sehingga peningkatan sekresi asam lambung (F. Sri Susilanigsih, 1994).
3.2 Analisa Data
No
Data Fokus
Masalah
Etiologi
1
DS:
-          Klien mengatakan sudah 3 hari tidak bisa bangun dari tempat tidur
-          Klien mengeluh nyeri kepala dan lemas
-          Klien mengatakan merasa mual dan muntah
-          Klien mengatakan merasa demam disertai menggigil

DO:
Pemeriksaan lumbal fungsi : hasil kultur + Neisseria meningitidis grup B
Resiko penyebaran infeksi
hematogen
2
DS:
Klien mengatakan merasa demam disertai menggigil
DO:
Suhu: 390C
Hipertermia
Penyakit (meningitis)
3
DS:
Klien mengeluh nyeri kepala dan lemas
DO:
-          Kaku kuduk (+)
-          Kernig’g sign (+)
-          Pemeriksaan lumbal fungsi : hasil kultur + Neisseria meningitidis grup B
-          Klien mendapatkan terapi panadol 500mg
-          Klien diberikan Cefotaxime 2 x 1 gram bd.
-          Klien diberikan Dexamethasone 0,15 mg/kg setiap 6 jam

Nyeri akut
Agens cidera biologis (infeksi)
4
DS:
Klien mengatakan merasa mual dan muntah
DO:
-          Kaku kuduk (+)
-          Kernig’g sign (+)
-          Pemeriksaan lumbal fungsi : hasil kultur + Neisseria meningitidis grup B
-          Klien mendapatkan terapi panadol 500mg
-          Klien diberikan Cefotaxime 2 x 1 gram bd.
-          Klien diberikan Dexamethasone 0,15 mg/kg setiap 6 jam

Mual
Biofisik (meningitis)
5
DS:
-          Klien mengatakan sudah 3 hari tidak bisa bangun dari tempat tidur
-          Klien mengeluh nyeri kepala dan lemas
-          Klien mengatakan merasa mual dan muntah
-          Klien mengatakan merasa demam disertai menggigil
DO:
-          Suhu: 390C
-          Kaku kuduk (+)
-          Kernig’g sign (+)
-          Pemeriksaan lumbal fungsi : hasil kultur + Neisseria meningitidis grup B
-          Klien mendapatkan terapi panadol 500mg
-          Klien diberikan Cefotaxime 2 x 1 gram bd.
-          Klien diberikan Dexamethasone 0,15 mg/kg setiap 6 jam

Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral
Peningkatan TIK
6
DS:
Klien mengatakan sudah 3 hari tidak bisa bangun dari tempat tidur
DO:
-          Suhu: 390C
-          Kaku kuduk (+)
-          Kernig’g sign (+)
-          Pemeriksaan lumbal fungsi : hasil kultur + Neisseria meningitidis grup B
-          Klien mendapatkan terapi panadol 500mg
-          Klien diberikan Cefotaxime 2 x 1 gram bd.
-          Klien diberikan Dexamethasone 0,15 mg/kg setiap 6 jam

Hambatan mobilitas fisik
Nyeri dan gangguan neuromuscular
7
DS:
Klien mengatakan sudah 3 hari tidak bisa bangun dari tempat tidur
DO:
-          Suhu: 390C
-          Kaku kuduk (+)
-          Kernig’g sign (+)
-          Pemeriksaan lumbal fungsi : hasil kultur + Neisseria meningitidis grup B
-          Klien mendapatkan terapi panadol 500mg
-          Klien diberikan Cefotaxime 2 x 1 gram bd.
-          Klien diberikan Dexamethasone 0,15 mg/kg setiap 6 jam

Resiko dekubitus
Penurunan mobilitas

3.3  Diagnosa Keperawatan
-Resiko infeksi berhubungan dengan hematogen
2    -Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan peningkatan TIK
3        - Hipertermia berhubungan dengan penyakit
4        -  Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera biologis (infeksi)
      -Mual berhubungan dengan biofisik (meningitis)
      -Hambatan mobilitas ditempat tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan neuromuscular
      -Resiko dubitus berhubungan dengan penurunan mobilitas
3.4  Intervensi
Tanggal
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria  Hasil
Tindakan
Kamis, 01-09- 2016
Pukul 09.00
Infeksi

Setelah dilakukan tindakan 2 X 24 jam, tidak terjadi penyebaran infeksi. Dengan kriteria hasil:
-          Suhu tubuh pasien normal (36,70C – 37,70C)
-          TTV klien normal:
Suhu ((36,70C – 37,70C)
RR : 16-20 kali/menit
Nadi: 60 – 100 kali/menit
TD: 120/80
(normal)
-          Hasil pemeriksaan lumbal fungsi klien (-)

1.      Mengidentifikasi faktor resiko infeksi
2.      Mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi
3.      Memonitor status perubahan kesehatan
4.      Melakukan vaksinisasi yang direkomendasikan
5.      Kolaborasi dengan dokter pemberian antibiotik
Kamis, 01-09-2016 pukul 09.00
Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan peningkatan TIK
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 X 24 jam, diharapkan :
1.      Nilai TIK normal
1.      Tanda vital normal
2.      Tidak terjadi defisit neurologi
1.      Monitor status neurologi setiap 2 jam: tingkat kesadaran, pupil, reflex, kemampuan motoric, nyeri kepala, kaku kuduk.
2.      Pertahankan tirah baring dengan posisi kepala datar
3.      Pantau tanda tanda vital sesuai indika setelah tindakan lumbal
4.      Pantau GCS klien
5.      Beri tindakan yang menimbulkan rasa nyaman.
6.      Kolaborasi dengan dokter pemberian dexamethason dan terapi O2.
Kamis, 01-09- 2016
Pukul 09.15
Hipertermia berhubungan dengan penyakit
Setelah dilakukan tindakan 1 X 24 jam, suhu tubuh klien normal. Dengan criteria hasil :
-          Suhu ((36,70C – 37,70C)
-          RR : 16-20 kali/menit
-          Nadi: 60 – 100 kali/ment
-          TD: 120/80
(normal)
-          Klien tidak merasa menggigil lagi
1.      Monitor tanda-tanda vital
2.      Melakukan control infeksi
3.      Melakukan pengecekan suhu secara berskala
4.      Memandikan pasien dengan air hangat.
5.      Kolaborasi pemberian obat antipiretik
6.      Kolaborasi pemberian nutrisi total perenteral
Kamis, 01-09- 2016
Pukul 09.20
Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera biologis (infeksi)

Setelah dilakukan tindakan selama 1 X 24 jam, nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil :
-          Skala nyeri 0
-          Klien tidak menyeeluh sakit kepala lagi
-          Klien tidak merasa lemas lagi
1.      Melakukan manajemen nyeri
2.      Hindari pasien dari suara-suara bising
3.      Atur posisi pasien senyaman mungkin
4.      Memberikan terapi relaksasi
5.      Kolaborasi pemberian obat analgesik
Kamis, 01-09-2016 pukul 10.00
Mual berhubungan dengan biofisik (meningitis)

Setelah dilakukan tindakan selama 1 X 24 jam, mual dapat teratasai. Dengan kriteria hasil:
-          Nafsu dapat mengontrol mual dan muntah
-          Nafsu makan klien meningkat
-          Terjadi keseimbangan elektrolit dan asam basa
1.      Monitor asupan dan haluaran cairan pasien
2.      Melakukan manajemen mual dan muntah
3.      Monitor kesimbangan nutrisi pasien
4.      Kolaborasi pemberian terapi intravena
Kamis, 01-09-2016 pukul 19.00
Hambatan mobilitas ditempat tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan neuromuscular
Setelah dilakukan tindakan keperawatab selama 4 X 24 jam, klien dapat melakukan mobiliasasi. Dengan kriteria hasil:
1.      TTV klien normal : Nadi klien normal (60-100 kali/menit)
TD: 120/80
2.      Skala nyeri 0
3.      Klien dapat melakukan ambulasi
4.      Klien dapat menggerakn sendi-sendi tubuhnya
5.      Fisik pasien kembali bugsar
1.      Kaji tingkat kemampuan ROM aktif pasien
2.      Melakukan latihan peregangan
3.      Melakukan terapi pergerakan sendi
4.      Melakukan pengaturan posisi pasien (miring kanan dan miring kiri)
5.      Kolaborasikan pada fisioterapi dalam melakukan terapi ROM

Jumat, 01-09-2016 pukul 18.00
Resiko dubitus berhubungan dengan penurunan mobilitas

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2x24 jam resiko dekubitus dapat diatasi dengan criteria hasil :
1.      Klien dapat menggerakan tubuhnya.
2.      Klien tidak lemas
3.      Klien bisa bangun dari tempat tidur

1.      Pantau tanda-tanda vital klien
2.      Anjurkan klien miring kanan dan miring kiri
3.      Berikan posisi nyaman klien
4.      Bersikan tubuh pasien secara teratur
5.      Kolaborasikan dengan ahli  fisioterapi 

BAB IV
PENUTUP
4.I Kesimpulan
·         Meningitis adalah radang membrane pelindung system saraf pusat. Penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme, luka fisik, kanker, obat-obatan tertenru.
DAFTAR PUSTAKA
Huda, amin. 2015. Nanda Nic-Noc. jogjakarta: mediaction.
Eric, muhamad. 2010. mikrobiologi kedoteran. Jakarta: Binarupa Aksara.
Aminoft, michael. 2015, clinical neurology. United states of ameica: craw education.
Lippincot, Williams & Wilkins.2011.Nursing : Memahami Berbagai Macam Penyakit.Jakarta:Indeks.
Muttaqin, Arif.2008.Buku Ajar Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan.Jakarta:Salemba Medika.
Suririnah.2009.Buku Pintar Merawat Bayi 0-12 Bulan.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
Sears, William & Martha Sears.2003.THE BABY BOOK.Jakarta:Serambi.
Anonymous.2010. Disitasi http://nursingbegin.com/askep-meningitis/. Di akses tanggal 26 Mei 2017.
Susanti, Desi. 2012. Disitasi https://www.scribd.com/doc/84882440/Makalah-Askep-Meningitis.  Diakses tanggal 26 Mei 2017.


Komentar

  1. Free Casino Site - Lucky Club
    Get the latest offers from luckyclub.live Lucky Club ✓ Find the best free spins bonus on our online casino site! Check if you can play with ‎Casino · ‎Games · ‎Casino Games

    BalasHapus
  2. Playtech casino and games games - Dr. MD
    Playtech casino games · Playtech slots 김천 출장마사지 · 인천광역 출장샵 Playtech games · Playtech games · Playtech games · 안산 출장안마 Playtech games 경주 출장안마 · Playtech games · 광주광역 출장안마 Playtech games · Playtech games · Playtech games · Playtech games

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MANIFESTASI KLINIK UTAMA AIDS

DIABETES MILITUS TIPE 2